Uang, uang, dan uang

01.46

Dharma, Artha, Kama, Moksa.

Artha. Harta. Harta dalam artian tidak bergelimangan uang. Perhiasan dan perkakas mewah juga bukan maksud dari kata tersebut. Adalah keperluan, kebutuhan mendasar akan benda duniawi demi hidup dan membina rumah tangga (Grhasta) yang ditekankan di sini. Tapi mengapa mereka malah berlomba-lomba mencari lembaran-lembaran bergambar wajah yang akan musnah seketika jika dilahap api?

Mungkin mereka lupa. Lupa kalau uang itu materi yang punya keinginan sendiri. Berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan lainnya. Dinamik. Bergerak. Tidak kekal adanya, tapi menyulut pertentangan kekal. Bahkan keluarga ricuh karena surat wasiat. Inginnya membagi rata harta A dengan perbandingan seragam. Yang paling tua merasa berkuasa, tiba-tiba berubah jadi lebih mendominasi. Kalau perlu, menyingkirkan saudaranya. Sedarah, padahal. Tapi sudah terlupakan.

Mata hijau ditemplok kertas merah. Membungkam mereka yang bercasciscus tak sesuai rencana. Rencana B, sogok saja. Uang akan memutar pikiran, dan dengan mudah ia akan berpihak pada si pengerat. Korupsi. Kolusi. Nepotisme. Bau uang. Bau yang tercium gosong samar-samar. Menggosongkan isi kepala. Turun ke hati. Lupa nurani.

Hidup ini, bukan hanya sekadar permainan monopoli. Kumpulkan uang, beli saham, gusur tanah. Gusur mata pencaharian, berarti menggusur hidup orang lain. Gusur alam, berarti mencari penyakit. Tunggu saja alam murka, ketika itu baru akan sadar betapa uang yang tersimpan akan berlalu meninggalkannya.

Lihat di sekeliling. Jangan tutup mata. Karena di sana ada keluarga. Uang tetap takkan mampu mengalahkan khasiat cinta dalam hati. Cinta sesama makhluk hidup. Cinta alam. Cinta kepada-Nya. Karena uang takkan mampu mengantarkanmu dengan limousin untuk menuju moksa.

You Might Also Like

0 comments