Brekele
17.19Sistem di kampus ini : BREKELE!
update : 23 Juli 2010
Wew. Selamat ulang tahun sebelumnya buat saudara sepupuku Tu' Na. Meski tidak terkena cipratan traktiran, sepupumu ini hanya bisa berharap agar impianmu bisa terlaksana di tahun ini.
BAH.
Satu koma dua.
Apa bedanya dengan satu koma enam, eh? Hal yang sangat mencurigakan mengingat pihak instansi fakultas belum memesan bus travel atau apapun. Bleh. Mata hijau. Nominal sekian itu sama dengan biaya masuk adik saya ke SMA. Paling tidak, biaya pendaftaran sekolah memiliki esensi lebih banyak (sangat) dibandingkan dengan PKL yang tidak transparan macam ini. Jujur, saya benar-benar malas, terlebih karena mereka mengaitkan dengan persyaratan kelulusan dari instansi. BLOODY HELL.
Bicara tentang PKL, bagi kampus bobrok dengan dana terseleweng ini, ternyata istilah itu dibedakan lagi dengan KKN, Kersos, dan PPL. Dahulu, ketika saya masih di universitas negeri di balik gunung itu, saya pikir ketiga istilah itu sama saja. KKN saya kira sama dengan PKL, mengingat arti istilah itu ya terjun ke lapangan. Tapi ternyata di sini berbeda. Katanya, PKL itu semacam studi banding (tak guna). Yang lebih miris lagi, karena pengalaman tahun lalu, instansi ini tidak mengirim surat permohonan izin dahulu. Alhasil mahasiswa dialihkan ke tempat-tempat umum dan pariwisata terdekat. Gah.
Kersos. Kerja sosial. Setengah juta lebih. Telah dibayar dengan tunai via transfer bank, tetapi di hari H diberikan pengumuman "Kersos diundur sampai waktu yang belum ditetapkan". Dan ketika saya meminta pertanggungjawaban mereka, mereka malah angkat tangan. Mereka pikir saya orang mapan, eh?
PPL Real. Awalnya, saya dengan mantap mengobservasi ke sekolah dekat rumah saya, yaitu SMP 8. Alasan mengapa tidak mengobservasi alumni saya adalah karena saya ingin mengetes seberapa kemampuan saya yang sebenarnya, dan bila saya mempunyai koneksi berupa guru-guru yang masih mengingat saya, tentu saja nilai saya akan menjadi subjektif. Haha, obsesif ya? Tapi itu dulu. Cerita lama, ketika beberapa hari saya bolak-balik sekolah itu, dan kemudian berakhir dengan pengumuman dari instansi. Tempat PPL kami diacak. Lalu mengapa mereka memerintahkan kami untuk observasi sendiri? Saya kasihan dengan teman saya yang sudah ditelpon berkali-kali oleh pihak sekolah yang mempertanyakan kapan akan memulai PPL (masa sekolah telah dimulai). Apa mau dikata, kesewenangan itulah yang berulah.
Saya mendapat bagian SMP 12, lalu seorang teman saya meminta saya untuk menukar dengan jatahnya di SMA 8. Saya sih setuju-setuju saja. Namun yang mengherankan, keesokan harinya nama saya terpental jauh ke belakang. Seorang diri. Ditempatkan ppl pada sekolah swasta yang letaknya bahkan saya lupa di mana. Well... Saya KECEWA. Agaknya bukan hanya saya yang mengalami perasaan itu. Saya berbicara dengan korti , dan kemudian kami merundingkan untuk mencari sekolah lain. Sekolah negeri. Meski jauh tak apa bagi saya. Semoga saja rapat besok tidak membuat saya semakin membenci tempat kuliah saya dua tahun terakhir.
Dan....
Komputer saya baru saja diinstall ulang. Seharian mengutak-atik, dengan bau badan (belum mandi dari pagi =)) haha) yang teramat sangat. Agak sedikit kurang puas dengan installannya, setinggannya dan koneksi internetnya (baru beli pulsa juga). Mungkin baru nanti malam saya menyelesaikan nilai untuk IH. Heu....
0 comments