Mereka
18.42Mereka menatapku.
Rancu, sinar mata yang tak terbaca olehku. Sama seperti deretan pemandangan yang terlukis di balik kabut setebal selimut salju di dataran kutub. Mereka tertawa, lalu terkikik. Menangis, lalu terisak. Dan putaran demi putaran emosi silih berganti setiap detiknya.
Mereka menatapku.
...
Kurasakan tungkaiku bergetar menahan perih. Yang begitu malangnya, rasa itu meresap ke seluruh permukaan tubuhku. Dari atas hingga ujung bawah.
Mereka menatapku.
...
Dan aku tahu. Tahu pasti. Tahu bahwa aku harus menahan napas panjang. Pun ragaku berguncang, tumbang memeluk sang pertiwi. Suara-suara bergerigi memekakkan telinga tak urun usai. Bergema. Terus bergema tanpa henti.
Aku menatap mereka.
Dalam pandangan mataku yang penuh dengan iba. Semoga hatiku, kulitku, diriku, semua bermanfaat bagimu, wahai manusia.
STOP PENEBANGAN LIAR!
0 comments