Once
08.15
"...and you better be you, and do what you can do, when you're walking on moon beams, staring out the sea..."
(Gold - Glen Hansard)
Tambahkan satu film ini sebagai film musikal favorit saya setelah August Rush. Selama menonton film ini, tidak ada hentinya saya menyunggingkan senyum. Refleks, tentu, karena sepanjang film telinga saya dimanjakan dengan petikan dawai gitar, piano dan nada lembut dari dua tokoh pada poster di atas. Film ini menceritakan kisah yang tidak muluk-muluk bagi saya, tentang perjuangan dua orang dalam kehidupannya.
Si pria, selain membantu ayahnya pada toko khusus perbaikan vacuum cleaner, juga bermusik di tepi jalanan. Lagu-lagu yang ditulis oleh si pria menarik seorang wanita untuk mengetahui secuil kisah romansa si pria yang patah hati dengan pacarnya terdahulu. Sementara itu, si wanita yang merupakan imigran ternyata mampu memainkan piano, dan tengah berjuang untuk memenuhi kebutuhannya serta anak perempuannya yang masih balita. Menjual bunga mawar serta membersihkan rumah orang lain menjadi sumber penghasilannya.
Tapi di tengah kesusahan yang saya lihat itu, tidak ada bumbu "mengasihani" seperti yang biasa ditunjukkan pada film-film lainnya. Once tidak mendramatisir kesulitan, tapi memperlihatkan bagaimana perjuangan dan cara menikmati hidup. Si pria kemudian mengajak si wanita untuk bergabung dalam band yang khusus dibentuk untuk rekaman studio. Tentunya juga mengajak musisi jalanan lainnya yang mereka temui sebagai pelengkap.
Sisi romantis tampak ketika si laki-laki mulai memendam rasa pada si wanita. Namun si wanita dengan sopan menolak karena tanggung jawabnya begitu tinggi terhadap putrinya, juga status menikah yang masih dimilikinya. Tidak seperti film-film lain, di mana wanita dan pria begitu mudahnya tergoda untuk membina hubungan "baru" di saat yang tidak tepat.
Aah. Empat jempol saya teracung untuk film Once. Dan tebak, sampai film selesai, saya baru ngeh kalau tidak tahu nyaris seluruh nama-nama karakter dalam film tersebut! Hahaha.
Si pria, selain membantu ayahnya pada toko khusus perbaikan vacuum cleaner, juga bermusik di tepi jalanan. Lagu-lagu yang ditulis oleh si pria menarik seorang wanita untuk mengetahui secuil kisah romansa si pria yang patah hati dengan pacarnya terdahulu. Sementara itu, si wanita yang merupakan imigran ternyata mampu memainkan piano, dan tengah berjuang untuk memenuhi kebutuhannya serta anak perempuannya yang masih balita. Menjual bunga mawar serta membersihkan rumah orang lain menjadi sumber penghasilannya.
Tapi di tengah kesusahan yang saya lihat itu, tidak ada bumbu "mengasihani" seperti yang biasa ditunjukkan pada film-film lainnya. Once tidak mendramatisir kesulitan, tapi memperlihatkan bagaimana perjuangan dan cara menikmati hidup. Si pria kemudian mengajak si wanita untuk bergabung dalam band yang khusus dibentuk untuk rekaman studio. Tentunya juga mengajak musisi jalanan lainnya yang mereka temui sebagai pelengkap.
Sisi romantis tampak ketika si laki-laki mulai memendam rasa pada si wanita. Namun si wanita dengan sopan menolak karena tanggung jawabnya begitu tinggi terhadap putrinya, juga status menikah yang masih dimilikinya. Tidak seperti film-film lain, di mana wanita dan pria begitu mudahnya tergoda untuk membina hubungan "baru" di saat yang tidak tepat.
Aah. Empat jempol saya teracung untuk film Once. Dan tebak, sampai film selesai, saya baru ngeh kalau tidak tahu nyaris seluruh nama-nama karakter dalam film tersebut! Hahaha.
0 comments