FLO! Barbar Girl

07.49

Surat cinta, detensi Flo karena melakukan mantra Sonorus di bawah umur. Ditempel di pohon Oak, danau Hitam:


to : Dearest, Om Angin Bau Kentut sayang

Heh. Tahukah kamu kalau kita berjodoh? Aku dan kamu. Kita punya sepasang nama yang berkaitan erat. Seperti anugerah Tuhan. Aku dan kamu. Kau seperti air got dan aku jentik nyamuknya. Saling berkaitan, saling memberi satu sama lain. Saling mengisi satu sama lain. Mengganggu manusia dengan cara yang berbeda. Kau bau, dan aku menjadi musuh mereka. Persis cerita dalam romansa yang terkubur bersama tulang belulang pemakaman para kanibal. Sangat romantis bukan?

Aku dan kamu. Seperti air cucuran atap dan genteng bocor. Kau genteng bocor, membuat manusia menjadi bingung ketika hujan turun dengan heboh. Dan aku? Akulah yang berperan menjadi setan. Hahaha, dunia begitu indah bila kita bersama. Dan tak tahukah kau kalau napasmu bau? Tapi aku menyukainya. Sungguh. Bila kau sudah mandi kembang tujuh rupa tujuh warna selama tujuh hari di tujuh tempat yang berbeda. Ah… Tetap saja bau itu menelisik ke melewati bulu-bulu hidungku, menyempil dengan mesra menjadi kotoran hidung yang selalu aku bawa bersamaku setiap hari. Seperti itulah keadaan kita. Aku dan kamu. Dan memori yang selalu bersamaku setiap saat.

Heh. Mengertikah kau sekarang? Bila tidak, akan kuberi kau satu cerita. Dikutip langsung dari koran yang membungkus serpihan kulit kacang yang aku makan. Tapi tenang saja, ini cerita sangat romantis, dan akan membuatmu mengerti tentang nasib yang mempertemukan kita. Here it is.



Ini sebuah cerita tentang awan. Di mana bumi bersenandung dalam damai. Ketika akasa yang biru menyulam rindu, awan putih manja menggantung padanya. Semakin berat awan menggantung, akasa dirundung galau. Gantungan itu terlepas. Awan putih berseru-seru.

”Jangan lepaskan aku! Aku akan jatuh ke bumi! Menjadi serpihan debu dan tetes air. Tubuhku akan terkoyak, tak pedulikah kau padaku?”

Sang akasa terdiam. Awan mulai terurai perlahan dengan isak sendu. sang akasa kemudian terbalut hangat sinar mentari, menyapa kembali catatan persahabatannya dengan awan. Lalu ia menarik awan. Mendekapnya dengan mesra. Menopangnya sekuat tenaga. Bumi tersipu malu memandangnya. Dan bayu? Dia tertawa berlalu. Berlalu pula cerita ini...



Heh. Sudah mengerti? Aku saja tidak tahu artinya. Tapi aku yakin kau bisa, kau kan pintar dan selalu saja memberi tebakan yang tidak masuk akal. Tidak bisakah kau berhenti melakukannya? Maksudku sok pintar di depan semuanya? Jujur, rasanya perutku mulas ketika mendengarnya. Seperti ada genderang yang akan memecah angin dari perutku hingga berkelebat keras. Diare. Dan itu salahmu. Dan surat ini juga salahmu.

Jangan menatapku seperti itu, bego. Ini curahan hati paling tulus dari gadis paling keren di dunia. Akui saja saat kau memintaku mencium tanganmu. Iya kan? Iya kan? Kalau kau bohong, aku sumpahi supaya kamu mandul. Tralalalala.

Oke, aku akan bongkar rahasia. Namamu dan namaku. Singkong dan Angin. Sekarang sudah tahu kan? Goblok. Coba pikir, bila orang kebanyakan makan singkong, bukankah mereka akan mengeluarkan gas—alias Angin dari lubang bokong mereka, huh? Artinya, kita ini sebenarnya berjodoh. Berjodoh dalam satu hal yang berbeda. Asal kau mengerti saja. Tapi kau tahu kan, Om? Jika kita tak bisa bersatu di dunia ini, maka jari tengah kita yang terhubung benang layang-layang akan selalu dipertemukan di dunia yang berbeda. Jika aku mati duluan, aku yakin aku akan membawamu bersamaku. Kita akan menyelami lautan neraka bersama. Berkencan di balik kubur bersama mayat-mayat yang menari salsa. Bukankah itu romantis, sayang? Yeah, doakan saja semua itu bisa terkabul. Terkabul dalam otakmu yang bisulan. Ah, bisul itu juga tampak eksotis ketika kau tersenyum. Senyummu mengalihkan duniaku. Croottt...!!!

Salam sayang penuh cup cup muach.
Jodohmu di alam baka,

CFC.






Tugas PTIH Flo:



You Might Also Like

0 comments