Cerbunglalala

07.25



Pada suatu sorehari yang indah seksi di sebuah desa bernama Veronaville perpustakaan Hogwarts, dua sedjoli duduk berdampingan di bangku taman yang menghadap ke arah air mancur meja seksi. Keduanya tertawa-tawa mesra, padahal mereka tidak sedang melakukan apa-apa. Hanya saja, kekuatan cinta dan seksi membuat mereka selalu diliputi rasa bahagia. Ya. Walaupun Romeo Monty.... dan Juliette Capp.... memiliki dua keluarga yang saling bermusuhan seksi, kisah cinta mereka tidak akan pernah terusik oleh hubungan keluarga mereka siapapun.

Namun, tawa mereka tiba-tiba terhenti. Sebuah sosok datang mendekat. Membuat kedua remaja itu membelalakkan mata. Dia adalah Ms. CANGCORANG.

Ms. Cangcorang melihat ke arah mereka berdua, tersenyum datar. Pasangan itu terbelalak, segera menjauhkan kemesraan mereka berdua. Sejoli yang lelaki melihat ke arah Ms. Cangcorang, gugup, memainkan sedikit pakaiannya, sedangkan yang perempuan tertawa gugup sambil membenarkan duduknya. Sorot Ms. Cangcorang tidak berubah, tetap datar, tetapi mendadak mendekati yang perempuan.

Dengan meloncat, tentu. Namanya juga cangcorang.

"KYAAHHH!! SINGKIRKAN SERANGGA INI!" seru yang perempuan dengan histeris.

"ENAK SAJA MENGATAIKU SERANGGA! Daripada situ, muka sudah seperti comberan!" Ms. Cangcorang memprotes, lalu menengadahkan tangannya pada si remaja perempuan. "Bayar bon baksonya dulu, Mbak. Sebulan belum bayar. Utangnya satu juta poundsterling!"

Si laki-laki terperanjat tak percaya mendengarnya. Ia terluka mengetahui bahwa pacarnya punya utang satu juta pounds. Bibirnya bergetar heboh, alisnya berkerut-kerut dramatis, telunjuknya menunjuk Ms. Cangcorang.

Lalu datanglah sosok misterius berambut merah, yang menambahkan beberapa hutang lagi di atas perkamen bon milik Ms. Cangcorang.Sosok berambut merah menghampiri wanita seksi yang banyak hutang. "Hei ini juga belum dibayar. Hutang gorenganmu."

"Kalian sedang mengigau ya?" Seru si perempuan yang seksi penuh hutang itu. Beberapa orang yang tengah berada di sekitarnya hanya bisa menggeleng bingung. Masih tetap memasang muka penuh tanda tanya mereka menatap gadis di hadapan mereka yang berkata aneh barusan. "Baguslah kalau kalian tidak, soalnya aku cuma mengigau."

Tubuh seksi itupun jatuh loyo seperti agar-agar. Si laki-laki duduk setengah jongkok menahan tubuh sang gadis agar tidak jatuh ke lantai. Tanpa diduga gadis itu kembali mebuka matanya dan mengatakan "Bye" sembari mlambaikan telapak tangannya, lalu kembali tak sadarkan diri.

"Err, bye."

Lelaki itu menggerakkan tangannya di mata yang si perempuan seksi, mengusapkannya seakan ingin menutup mata seluruhnya. Pandangan lelaki itu diarahkan pada dua makhluk yang menuntut hutang gadis itu, menatap dengan tajam dengan tatapan penuh dendam. Dua sosok itu terkejut, tetapi malah menatap balik ke arah laki-laki itu. Pertandingan tatap-tatapan dua lawan satu telah terjadi di arena perpustakaan, buku-buku menjadi saksi bisu dari pertarungan tanpa aba-aba ini.

"Kalian," lelaki itu berucap, emosi tersalur di kalimatnya, "ini semua salah kalian!"

"Kenapa kami yang dipersalahkan? Enak saja! Ini salahmu!" Ms. Cangcorang protes, berseru dengan keras sampai-sampai air liurnya bermuncratan.

"Iya, ini salahmu! Kalau saja kamu tidak ada di sini, dia pasti tidak akan bertingkah!" Pedagang gorengan itu ikut menimpali.

Suasana pun makin tegang. Si laki-laki mengepalkan tangannya, hendak meninju Ms. Cangcorang dan si pedagang. Sementara kedua penagih utang itu nampaknya sudah siap untuk bercakar-cakaran dengan pacar si perempuan yang pingsan tadi. Dan lalu, suasana makin mencekam. Seseorang datang ke arah mereka, lengkap dengan aura kemarahan.

"Kalian semua...," suara pendatang baru itu terdengar amat berat. "DILARANG RIBUT DI PERPUSTAKAAN! Atau kalian mau didetensi, hm?" Oh, ternyata itu Madam Irma Pince.

"Kalau begitu maafkan kami yang penuh dosa ini." Mss. Cangcorang berlutut di depan Madam Irma Pince. Tukang gorengan merogoh sakunya dan mengeluarkan balutan perkamen yang berisi beberapa gorengan. Dengan sedikit membungkuk dia memberikan sesajen itu kepada Madam yang terlihat berkilauan diterpa cahaya yang menembus jendela perpustakaan.

Mereka berdua satu per satu berdiri lalu menari balet ke luar masuk ruangan. Harmonisasi tarian dan senandung belaian angin membuat suasana makin membeku. Semua diam memantung. Laki-laki seksi membuat patung gajah. Madam Pince membuat patung beruang. Tukang gorengan membuat patung gerobak dan tentu saja Ms Cangcorang mebuat patung cangcorang. Semua mematung.

Di saat itulah sang putri tidur membuka sedikit kelopak matanya. Icir-icir, berbisik kepada empat orang lainnya yang terdiam tanpa kata. "Sst, kurcaci. Tolong carikan aku pangeran." Lalu menutup mata kembali. Menunggu dalam harap, semoga saja pangerannya bisa lebih baik dari pacarnya saat ini. Pacarnya sih, suka memorotinya duit sampai-sampai sang putri tidur yang seksi punya hutang segudang.

Tapi sayangnya, situasi semakin tak terkendali. Madam Pince tiba-tiba menempel terus pada si pedagang gorengan. Ternyata usut punya usut, pedagang gorengan lupa telah memberi gorengan berisi ramuan cinta pada penjaga perpustakaan favorit itu. Sementara, Ms. Cangcorang dan pemuda remaja yang sedang patah hati itu pun memutuskan untuk berpacaran. Cinta yang baru. Maka, dua pasangan baru itu berlalu pergi meninggalkan tempat mereka.

Lalu, seorang laki-laki berambut gondrong tiba. Dia adalah Argus Filch.

"Manaaa bagiankuuu? Ini sih ceritanya tidak berakhir bahagia!"

Si tua gondrong itu bersungut-sungut sambil berkacak pinggang ke arah dua sejoli yang lahir secara spontan itu. Ia melihat jijik ke arah Madam Pince yang menempel ala bekicot pada sang tukang gorengan yang sedang menghitung kerugian akan gorengannya yang berjatuhan ke lantai dan dipungut oleh Mrs. Norris yang tampak gembira. Jelas saja, barusan kucing itu kayang dengan tampang hepi.

"Bodo amat. Minta sana sama Bapakmu."

Si pemuda yang telah menemukan belahan jiwa yakni Miss. Cangcorang itu memasang tampang tak peduli. Begitu tidak peduli, sampai akhirnya ia menyadari ada pergerakan dari arah pintu. Sesosok pria berambut klimis dan hidung bengkok memasang tampang masam di sana. Profesor Snape, tampaknya mereka sudah kelewat berisik.

"Hei, aku Bapaknya."

Argus Filch tercengang. Kaget. Shock. Merasakan jantungnya mendadak cenat-cenut. Di hadapan sosok yang tidak kebagian jatah itu berdiri lelaki yang sudah lama meninggalkan hidupnya, lelaki yang sudah lama ingin ia temui, tetapi tidak pernah kesampaian. Tangan Argus Filch bergetar, kakinya melangkah ke depan dengan gugup sampai tidak sadar menginjak Mrs. Norris (terdengar teriakan kucing sebagai latar belakang). Lelaki itu menunjuk pada sosok bapaknya, suara gemetaran.

"B-bapak..."

Lelaki berambut klimis itu melebarkan tangannya.

"Anakku...."

"BAPAAAAAK!"

Lihatlah pemandangan itu, dua orang bapak-anak yang sudah terpisah kini bertemu kembali. Dengan latar belakang sinar berkilau yang mendadak muncul dan gerakan mereka berdua yang mendadak melambat sambil berurai air mata, pertemuan ini begitu menggugah hati sampai membuat orang-orang melupakan Mrs. Norris yang sudah setengah hidup setengah mati.

Ya meskipun si wanita seksi tidak tahu bagaimana ceritanya di perpustakaan ini membuka acara 'Tali Kasur' yang mempertemukan anak dan bapak. Namun yang menjadi pusat perhatiannya adalah Ms. Cangcorang dan pacarnya. Si gadis langsung bangkit dan mendekati kedua pasangan yang tengah dimabuk asmara.

"Dia tidur mendengkur, dia makan mendengkur, mandi mendengkur, semuanya mendengkur." Jadi "Lebih baik kau tinggalkan dia, dialah yang membuat hutangku menumpuk. Dia tidak pantas untukmu. tapi untukku untuk Ms. Norris."

Tapi Ms Norris tidak sudi. Dengan segera kucing itu mengeong dalam bahasa anjing yang menyayat hati, lalu melompat menerjang pria berambut klimis yang masih berpeluk-pelukan dengan sang penjaga sekolah. Kata (terjemahan) Ms. Norris,"Cintaku hanya Argus Filch seorang. Meskipun bau kentutnya lebih buruk dari acar busuk."

Ms. Cangcorang terpaku di tempat. Melihat gadis seksi mantan pemuda yang kini menjadi pacarnya itu sudah siuman, otak perhitungannya kembali bekerja. "Oke. Aku tahu kau menginginkan orang ini. Bagaimana kalau aku lelang dengan harga murah," senyum licik menghiasi mukanya. "Satu juta poundsterling saja. Dan hutangmu juga langsung lunas."


to be continued... someday

You Might Also Like

0 comments